Senin, 16 Mei 2011

GEORGIA TETAP SASARAN PENGIRIMAN SENJATA AMERIKA SERIKAT DAN ISRAEL


 04-04-2011
  


 Penulis : Hendrajit (Direktur Global Future Institute)

Bagaimana rencana Amerika Mengirim Senjata ke Georgia? Nampaknya masih tetap perlu dicermati oleh para penentu kebijakan luar negeri Indonesia, mengingat kasus keterlibatan pabrik senjata PINDAD sempat disebu-sebut dalam kasus penangkapan kapal berawak 14 orang Georgia oleh pemerintah Filipina pada 2010 lalu.
Menurut berbagai data yang berhasil dihimpun tim riset Global Future Institute, pemerintah Obama berniat akan memasok ke Georgia senjata-senjata anti-pesawat terbang dan anti-tank senilai puluhan juta dolar melalui negara ketiga. Menurut rincian informasi yang kami terima, senjata-senjata yang akan dipasok itu akan terdiri sistem pertahanan udara Patriot, rudal anti-pesawat terbang Stinger dan portabel Igla-3, di samping rudal-rudal anti-tank Javelin dan Hellfire-2. Bahkan informasi beberapa waktu lalu mengindikasikan bahwa Ukrainia juga memasok senjata ke Georgia. 

Direktur Jenderal Perusahaan Ukrainia Ukrspetsexport, Sergei Bondarchuk, mengatakan bahwa perusahaan telah bertindak dan terus menandatangani ontrak kerjasama dengan Pemerintah Georgia untuk penyediaan senjata. 

Tentu saja manuver Georgia dan Ukraina yang dulunya dua negara eks jajahan Uni Soviet tersebut, bisa dibaca oleh Rusia dan negara-negara di kawasan Asia Tengah, sebagai pemicu destabilisasi di kawasan tersebut. Apalagi pertaruhan Amerika di Asia Tengah lewat Afghanistan, boleh dikatakan sangat vital. Buktinya, Amerika tetap menambah personil militernya sekitar 30 ribu tentara. 

Soal pengiriman senjata ke Georgia ini memang penuh misteri hingga sekarang. Menyusul penangkapan kapal berbendera Panama dan berawak Georgia pada Mei 2010 lalu di Filipina, terungkap adanya enjata-senjata berjenis Pindad SS1-V1  produk dari PINDAD Indonesia. Sayangnya waktu itu masih diragukan apakah ini replika atau berasal dari Israel. 

Pertanyaannya kemudian apakah PT. Pindad memproduksi dan memperdagangkan senjata buatan Israel dengan merek Galil tersebut? Inilah misteri yang masih sulit dijawab. 

Yang jelas, berbagai indikasi membuktikan adanya pengiriman senjata ke Georgia dari berbagai negara. Antara lain Perancis dan Israel. Sejak 2009 lalu, Georgia telah menandatangani kontrak dengan Perancis untuk melengkapi angkatan perang udara Georgia dengan sistem spionase dan perang elektronik seperti sistem anti-aircraft dan radar mid-mobile. Suatu bukti bahwa Georgia sedang pada taraf memperkuat dan mengembangkan kemampuan militernya pada skala yang lebih optimal. 

Apalagi Azerbaijan, salah satu sekutu Georgia  yang sama-sama pro Amerika dan Israel, juga semakin memper-erat kerjasama militernya bersama Israel. Dengan dalih untuk mengepung Republik Islam Iran, Amerika dan Israel telah menyetujui bantuan pengiriman senjata senilai 100 juta dolar Amerika. 

Sehingga beberapa pakar yang mengamati situasi ini, mengingatkan bahwa setiap penjualan senjata, khususnya dari Israel ke negara ini merupakan langkah provokatif yang dapat menciptakan bahaya di kawasan Kaukasus.  

Kekhawatiran yang cukup masuk akal juga. Masih segar dalam ingatan kita ketika penjualan senjata Israel ke Georgia dan dukungan logistik ke Tbilisi merupakan dua faktor asli perang antara Georgia dan Rusia. Dua faktor itu pula yang membuat Georgia berani melakukan petualangan berbahaya  dengan mengadakan latihan militer bersama dengan Pakta Pertahanan Eropa Barat (NATO), sehingga memicu Rusia untuk melakukan serangan balik ke wilayah Ossetia Selatan, sekaligus memukul secara telak pasukan militer Georgia.  Sekaligus mengirim pesan kepada Amerika dan Sekutnya agar jangan coba-coba bermain api di kawasan Kaukasus. 

Situasi semakin memanas ketika terbetik kabar bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini telah memberi bantuan peralatan militer kepada Georgia berupa 30 unit pesawat mata-mata tanpa awak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar