Los Banos, Filipina, Padi merupakan salah satu pangan penting untuk kelangsungan hidup manusia. Kelaparan di daerah tertentu sering terjadi akibat tidak ada pangan ini karena tidak ada air untuk menanam padi.
Tapi kini ilmuwan menemukan terobosan baru dan sedang mengembangkan varietas tanaman padi unggul yang bisa tumbuh di daerah kering dan tak perlu banyak air.
Tanaman ini telah dikembangkan oleh para ilmuwan di International Rice Research Institute (IRRI) dan genotipe telah menyebar ke negara-negara Asia lainnya termasuk Bangladesh, Kamboja, India, Laos, Nepal, Pakistan dan Filipina.
Awalnya, ilmuwan menanam genotipe padi ini pada dua lahan yang terpisah di kantor pusat IRRI di Los Banos, Filipina. Kedua lahan tersebut memiliki tingkat kesuburan tanah yang sama tetapi dibedakan dengan jumlah penerimaan airnya.
Ilmuwan IRRI mampu mengidentifikasi 26 genotipe padi yang diberi nama padi aerobik. Ini merupakan jenis padi aerobik generasi kedua yang menunjukkan hasil signifikan dibandingkan dengan tanaman generasi pertama.
Generasi pertama padi aerobik memang toleran terhadap air, tetapi menunjukkan kondisi dengan penurunan tinggi tanaman, indeks panen dan hasil gabah.
"Padi aerobik generasi kedua adalah strategi yang baik untuk mengatasi kekurangan air yang semakin meningkat dan menjamin keamanan pangan beras di daerah tropis," kata Dule Zhao, salah satu penulis penelitian, dilansir Medindia, Senin (6/12/2010).
Menurut Zhao, penelitian tentang pemuliaan padi aerobik terus dilakukan IRRI. Peneliti kini tengah berusaha untuk mengembangkan tanaman padi yang toleran terhadap kekeringan, juga kompetitif terhadap gulma dan tinggi kualitas.
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Crop Science. Jika tanaman padi ini sukses diharapkan tidak ada lagi masalah kelaparan karena tidak makan beras di beberapa wilayah tertentu.
Di Indonesia sebenarnya sudah ada tanaman padi yang tidak memerlukan banyak air yaitu padi gogo. Penanamannya tanpa penggenangan seperti di sawah karena ditanam di lahan kering dengan mengandalkan air dari tadah hujan.
Tanaman ini telah dikembangkan oleh para ilmuwan di International Rice Research Institute (IRRI) dan genotipe telah menyebar ke negara-negara Asia lainnya termasuk Bangladesh, Kamboja, India, Laos, Nepal, Pakistan dan Filipina.
Awalnya, ilmuwan menanam genotipe padi ini pada dua lahan yang terpisah di kantor pusat IRRI di Los Banos, Filipina. Kedua lahan tersebut memiliki tingkat kesuburan tanah yang sama tetapi dibedakan dengan jumlah penerimaan airnya.
Ilmuwan IRRI mampu mengidentifikasi 26 genotipe padi yang diberi nama padi aerobik. Ini merupakan jenis padi aerobik generasi kedua yang menunjukkan hasil signifikan dibandingkan dengan tanaman generasi pertama.
Generasi pertama padi aerobik memang toleran terhadap air, tetapi menunjukkan kondisi dengan penurunan tinggi tanaman, indeks panen dan hasil gabah.
"Padi aerobik generasi kedua adalah strategi yang baik untuk mengatasi kekurangan air yang semakin meningkat dan menjamin keamanan pangan beras di daerah tropis," kata Dule Zhao, salah satu penulis penelitian, dilansir Medindia, Senin (6/12/2010).
Menurut Zhao, penelitian tentang pemuliaan padi aerobik terus dilakukan IRRI. Peneliti kini tengah berusaha untuk mengembangkan tanaman padi yang toleran terhadap kekeringan, juga kompetitif terhadap gulma dan tinggi kualitas.
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Crop Science. Jika tanaman padi ini sukses diharapkan tidak ada lagi masalah kelaparan karena tidak makan beras di beberapa wilayah tertentu.
Di Indonesia sebenarnya sudah ada tanaman padi yang tidak memerlukan banyak air yaitu padi gogo. Penanamannya tanpa penggenangan seperti di sawah karena ditanam di lahan kering dengan mengandalkan air dari tadah hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar