Kamis, 02 Desember 2010

BUDAYA INDONESIA YANG DIAKUI UNESCO



Indonesia adalah negara yang kaya akan khasanah budaya karena memilki banyak suku yang mempunyai budaya yang berbeda, mulai dari bahasa, seni tari, bentuk rumah, kerajinan tangan, dll. Saking banyaknya budaya Indonesia sehingga membuat pemerintah bingung bagaimana cara menjaganya karena sudah banyak berita tentang pegklaiman budaya oleh negara lain, sampai sambal (sambal bajak, petai, nanas, terasi) sudah dipatenkan oleh Belanda dan paten atas soto Bandung sudah dimiliki malaysia. Banyak upaya yang sudah dilakukan pemerintah melalui Menteri Kebudayaan dan Pariwsata untuk menjaga budaya tradisional agar tidak diklaim negara lain, salah satunya dengan mematenkannya di UNESCO.



UNESCO merupakan organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berada dibawah naungan PBB. Menetri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia sudah berhasil mematenkan 3 budaya tradisional Indonesia di UNESCO, yaitu:

* Wayang diakui Unesco pada 7 november 2003 sebagai masterpiece of oral and intangible haritage of humanity

* Keris diakui Unesco pada 25 november 2005 sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa didunia

* Batik diakui Unesco pada 2 oktober 2009 sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya Lisan dan nonbendawi (masterpiece of oral and intangible haritage of humanity)


Terkenal karena wayang yang rumit dan gaya musik yang kompleks, bentuk dari cerita kuno yang berasal dari pulau Jawa Indonesia. Selama berabad-abad sepuluh wayang berkembang di kerajaan Jawa dan Bali serta di daerah pedesaan. Wayang telah menyebar ke pulau-pulau lain (Lombok, Madura, Sumatera dan Kalimantan) di mana berbagai gaya dan iringan musik lokal telah berkembang.

Sementara ini boneka buatan tangan dengan variasi ukuran, bentuk dan gaya, dua jenis pokok berlaku: boneka kayu tiga dimensi (wayang klitik atau Golek) dan bayangan wayang kulit datar (wayang kulit) diproyeksikan di depan layar yang disinari dari belakang. Kedua jenis ditandai oleh kostum, wajah dan bagian tubuh yang diartikulasikan. Para dalang master (dalang) memanipulasi lengan berputar dengan cara langsing tongkat melekat pada wayang. Penyanyi dan musisi memainkan melodi yang kompleks pada instrumen drum perunggu dan gamelan. Di masa lalu, dalang dianggap sebagai ahli sastra yang dibudidayakan ditransmisikan nilai-nilai moral dan estetika melalui seni mereka. Kata-kata dan tindakan karakter komik yang mewakili orang “biasa” telah menyediakan kendaraan untuk mengkritik masalah sosial dan politik sensitif, dan diyakini bahwa peran khusus mungkin telah berkontribusi bagi kelangsungan hidup wayang yang selama berabad-abad. cerita Wayang meminjam karakter dari mitos adat, epos dan pahlawan dari cerita-cerita Persia. Repertoar dan teknik kinerja ditransmisikan secara lisan dalam keluarga dalang, musisi dan pembuat boneka. Master dalang diharapkan untuk menghafal perbendaharaan besar cerita dan membaca bagian-bagian naratif puitis kuno dan lagu secara cerdas dan kreatif.

Wayang Teater Boneka masih menikmati popularitas besar. Namun, untuk bersaing sukses dengan bentuk-bentuk hiburan modern seperti video, televisi atau karaoke, performer cenderung menonjolkan adegan komik dengan mengorbankan alur cerita dan untuk menggantikan iringan musik dengan lagu pop, menyebabkan hilangnya beberapa fitur khas.

Kris atau keris adalah belati, asimetris khas dari Indonesia. Kedua senjata dan obyek spiritual, keris dianggap memiliki kekuatan magis. Keris dikenal awal abad kesepuluh dan paling mungkin menyebar dari pulau Jawa ke seluruh Asia Tenggara.

Pisau Kris biasanya sempit dengan dasar, lebar asimetris. Selubung ini sering dibuat dari kayu, meskipun contoh-contoh ada yang dari gading, bahkan emas. Nilai estetika Sebuah keris ‘mencakup dhapur (bentuk dan desain pisau, dengan sekitar 40 varian), maka pamor (pola dekorasi logam paduan pada pisau itu, dengan sekitar 120 varian), dan tangguh mengacu pada usia dan asal sebuah keris. Seorang pandai besi atau empu, membuat pisau di lapisan bijih besi dan nikel meteorit yang berbeda. Pada bilah keris berkualitas tinggi, logam dilipat puluhan atau ratusan kali dan ditangani dengan presis sepenuhnya. Empu adalah pengrajin yang sangat dihormati dengan pengetahuan tambahan dalam sastra, sejarah dan ilmu gaib.

Kris yang dipakai sehari-hari dan upacara khusus, dan pisau pusaka diturunkan dari generasi ke generasi berturut-turut. laki-laki dan perempuan memakainya. Sebuah spiritualitas yang kaya dan mitologi dikembangkan pada belati ini. Kris digunakan untuk menampilkan, sebagai jimat dengan kekuatan magis, senjata, pusaka disucikan, peralatan tambahan untuk tentara pengadilan, aksesoris untuk pakaian upacara, indikator status sosial, simbol kepahlawanan, dll.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni yang tingi dan telah menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Dengan diakuinya 3 kebudayaan Indonesia tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk melestarikan keberadaannya agar tidak punah tergerus masuknya kebudayaan modern. Kita sebagai masyarakat seharusnya berperan aktif dalam melestarikan budaya kita sendiri. Banyak orang luar negeri yang tertarik untuk mempelajari budaya kita tapi kita sendiri terbuai budaya modern, jangan sampai nanti justru orang luar negeri yang mengajari kita tentang budaya kita sendiri.



Kita masih punya banyak budaya lain selain keris, wayang dan batik yang harus kita jaga dan pantas diakui Unesco. Sayangnya mengapa budaya Indonesia yang sudah diakui Unesco ketiganya berasal dari Jawa padahal Indonesia bukan hanya jawa, semoga nanti budaya Indonesia yang lain dari sumatera, kalimantan, sulawesi, papua, sunda kecil dll juga diakui oleh Unesco. 



Menteri Kebudayaan dan Pariwisata juga sudah mendaftarkan budaya Indonesia untuk diakui Unesco seperti,

* angklung
* gamelan
* tari saman


Tidak ada komentar:

Posting Komentar