Rabu, 08 Desember 2010

ASAL KATA BAJINGAN



Badjingan adalah sebuah istilah yang muncul di tanah Jawa untuk menunjuk seorang pengendara gerobak sapi. Dalam salah satu novel triloginya Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk, istilah ini akan sering kita temui. Lantas kenapa istilah badjingan kemudian bergeser menjadi sebuah kata makian, padahal kata itu adalah merujuk sebuah profesi seseorang.

Kata kakek ane sih mungkin gara-gara cerita berikut :

Dahulu kala pada tahun 1940an, didaerah kakek ane tinggal (Notog - Banyumas) sarana transportasi sangat sulit untuk ditemui. Masyarakat yang ingin berkegiatan di kota seperti berdagang, atau hanya mejeng biasanya menggunakan jasa gerobak sapi (baca :nebeng).

Pas itu, badjingan merupakan satu-satunya transportasi yang bisa diandalkan oleh masyarakat pinggiran untuk membawa mereka ke kota, selain berjalan kaki tentunya.

Namun, kedatangan badjingan ini tidak tentu, kadang bisa siang hari, pagi hari, bahkan tengah malam. Karena ketidakpastian waktu tersebut, masyarakat yang ingin nebeng, kalok nggak beruntung ya bisa berjam-jam nunggu itu badjingan.

Nah, muncullah sebuah kalimat umpatan yakni 'Bajingan suwe temen sih tekane!' yang artinya : Bajingan lama banget sih datengnya. Dari situ badjingan mengalami pergeseran makna menjadi kata umpatan.

Dahulu pun, umpatan bajingan hanya digunakan sebagai analogi atas keterlambatan sesuatu atau seseorang, misalnya 'Sekang ngendi bae koe, suwe temen sih kaya bajingan' yang artinya : Darimana aja kamu, lama bener kayak bajingan.

Namun, pada masa sekarang bajingan menjadi kata umpatan yang lebih umum dan tidak merujuk pada kekesalan mengenai keterlambatan atas sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar