Minggu, 03 April 2011

"KEBIJAKAN RAHASIA" OBAMA SOAL LIBYA



Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah menandatangani kebijakan rahasia untuk memberikan otoritas operasi-operasi rahasia, yang diduga untuk mendukung kelompok revolusioner Libya dalam berjuang menggulingkan Muammar Qaddafi.

Pejabat pemerintah Amerika mengatakan hari Rabu (30/3) bahwa Presiden Barack Obama sudah menandatangani kebijakan rahasia tersebut selama dua atau tiga pekan terakhir. Demikian dilaporkan Press TV.

Jurubicara Gedung Putih, Jay Carney menolak untuk mengomentari masalah itu dan mengatakan isu-isu intelijen tidak akan dibahas.

"Saya akan mengulangi apa kata Presiden kemarin - tidak ada keputusan yang diambil tentang menyediakan senjata kepada pihak oposisi atau kelompok lain di Libya," kata Carney.

Sementara itu, laporan lain mengatakan CIA telah menggelar operasi rahasia di Libya untuk mengumpulkan data intelijen guna mendukung serangan udara pimpinan Amerika di negara itu.

Pada hari Rabu, dua anggota kongres AS, Timothy Johnson dan Justin Amash, menyodorkan rancangan undang-undang, yang berusaha memangkas dana untuk operasi militer Amerika di Libya.

Perwakilan Kubu Republik mengatakan, Obama tidak memiliki kewenangan konstitusional untuk melancarkan aksi militer, kecuali ada ancaman terhadap Amerika Serikat.

Pentagon mengatakan bahwa intervensi militer di Libya menelan biaya pembayar pajak Amerika hampir 550 juta dolar sejauh ini. Biaya tersebut diduga sebesar 40 juta dolar per bulan.

Menurut Departemen Pertahanan AS, 60 persen dari dana tersebut dikeluarkan untuk amunisi dan kebanyakan untuk rudal Raytheon dan Tomahawk serta bom, sedangkan sisanya dihabiskan untuk mengerahkan pasukan dan menutupi biaya tempur, termasuk bahan bakar tambahan, yang dibutuhkan pesawat tempur dan kapal.

Antara tanggal 19-28 Maret, militer Amerika telah menembakkan sedikitnya 192 dari 199 rudal jelajah Tomahawk, yang masing-masing menelan biaya 1.5 juta dolar. Angka terbaru Pentagon menunjukkan bahwa total biaya perang mungkin akan mencapai 800 juta dolar hingga akhir September, jika Amerika tetap melanjutkan operasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar