Kamis, 25 November 2010

MAMA



Disaat ibumu tidur, cuba kamu lihat matanya dan bayangkan matanya takkan terbuka untuk selamanya..tangannya tak dapat hapuskan airmata mu dan tiada lagi nasihat yang sering kita abaikan..bayangkan ibumu sudah tiada..apakah kamu cukup membahagiakannya..apakah kamu pernah berfikir bertapa besar pengorbanannya semenjak kamu berada di dalam perutnya...

Cinta seorang ayah terhadap anaknya: 
Nak….., menjadi ayah itu indah dan mulia, dengan itu aku bangga. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang besar dan indah itu karena didasari sebuah cinta. Meskipun demikian, ketahuilah, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi ku akui, betapa sepanjang masa kehadiranmu disisiku, aku seperti menemui makna keberadaanku dan tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah suatu masa terindah dan paling aku banggakan dihadapan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan sekalipun aku membanggakanmu ketika aku duduk berduaan denganmu dihadapanNya, hingga saat usia senja menanti.

Nak…. ., saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan cinta ibumu. Sebagai bukti dan pengikat bahwa aku dan ibumu tak akan pernah terpisahkan oleh apapun dan siapapun. Tapi…., seiring waktu berjalan, ketika engkau tumbuh besar dan telah pula pandai bicara, ketika engkau telah mampu membantah suruhanku dengan kata “ ‘NDAK MAU “ tersentak didadaku…! Hingga membuat diriku tersadarkan siapa engkau sesungguhnya…… Engkau ternyata bukan milikku, bukan pula milik istriku ibumu, engkau adalah milik Allah yang dititipkan kepadaku. Dari itu tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdian sesungguhnya hanya patut untukNya.

Sejak saat itu, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Tugasku bukanlah membuatmu dikagumi orang lain, tapi tugasku sebenarnya adalah membuatmu dicintai Allah, untuk itu aku harus mendekatkanmu kepadaNya….. Inilah usaha terberatku, karena disitu artinya aku harus terlebih dahulu memberikan contoh kepadamu bagaimana mendekatkan diri denganNya. Keinginanku harus sesuai dengan keinginanNya Sang Pemilikmu agar perjalananku untuk mendekatkanmu kepadaNya tak lagi terlalu sulit.

Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua bergandengan dengan ibumu, tak pernah engkau kami biarkan tersandung kerikil tajam, terperosok kelembah hitam. Kugenggam jemarimu kupeluk jiwamu, agar dapat kau rasakan hangatnya perjalanan rohani ini. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kutarik engkau dengan belaian sayang karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mendekat denganNya tak kenal letih tak kenal berhenti. Berhenti berarti mati mata hati. Inilah kata-kataku…….
Acap kali kubelai kupeluk dan kuusap air matamu ketika engkau hampir putus asa.

Akhirnya nak….., kalau nanti…… , ketika semua manusia dikumpulkan dihadapanNya di padang mahsyar, kudapati jarakku amat jauh dariNya, aku ikhlas, aku rela dan aku ridho, karena seperti itulah aku di dunia. Tapi kalau boleh aku berharap…… aku ingin melihatmu disaat itu engkau berada dalam pelukanNya dekat sekali dengan Kasih dan CintaNya.

Bangga aku, aku bangga, karena itulah bukti bahwa engkau yang dititipkan kepadaku telah dapat pula aku kembalikan kepada PemilikNya Allah Rabbul ‘Alamin.

Manakah yg lebih penting?: 
Bagi kehidupan ini sendiri, manakah yang lebih penting dicari terlebih dahulu: cari uang atau kawan? Banyak orang berpendapat yang lebih penting itu cari uang. Sebab kalau banyak uang, maka kawan pun akan datang dengan sendirinya. Benarkah?

Tetapi seorang sahabat tidak sependapat. Ia protes keras. Menurutnya, kalau orang mencari uang terlebih dahulu dan kalau berhasil, maka selama ia banyak uang ia akan mampu membeli banyak makanan.
Dengan banyak makanan, ia dapat menjamu banyak orang. Semua senang dengan jamuan makan. Semua orang senang berkawan dengan orang yang banyak uang. Tetapi ingat bahwa ada pula pepatah mengatakan, "Banyak uang, kau abangku nan tersayang. Tak punya uang, abang ‘kan kutendang".

Kocap carita ada seorang pengusaha yang lumayan sukses, untuk ukuran kota kecil tentunya. Usahanya maju dan ia juga senang makan dan senang menjamu orang. Maka setiap sore banyak kawan bertandang. Makan sampai kenyang, minum sampai teler. Baik kawan, relasi dagang, maupun… biasalah mereka yang dari instansi yang terkait dengan bidang usahanya.

Suatu saat ia mengalami krisis manajemen sehingga cash flow menjadi kacau dan tekor berat. Para kreditor pun mulai unjuk gigi. Maka hidup tidak lagi seindah semula seperti saat ia masih berjaya.
Undangan makan otomatis semakin jarang. Maka kawan pun satu per satu menghilang. Setelah tua terpaksa hidup merana tanpa kawan bertandang.

Maka kesimpulan sama seperti sahabat tadi. Dalam hidup ini carilah dahulu kawan sebanyak-banyaknya. Banyak uang tentu merupakan suatu bonus.
Maka kawan-kawan pun dapat juga menikmati cipratan bonus tersebut. Sahabat sejati tidak tergantung kepada tebal tipisnya isi kantong. Ada banyak makan banyak, ada sedikit makan sedikit. "Mangan ora mangan sing penting kumpul", kata mas Kimpul van Gunung Kidul.

Pada masa usia tua, rumah pasti semakin sepi. Apa lagi kalau anak hanya do-re-mi. Kebanyakan orang hanya tinggal berdua dengan pasangan hidupnya. Belum lagi kalau ada cucu. Sebentar mengurus cucu anak yang ini. Di lain waktu mengurus cucu anak yang lainnya. Ya kalau anaknya hanya dua. Bagaimana kalau anaknya sampai berjumlah empat atau lima?

Ada kenalan yang setengah tahun tinggal di Singapura dan setengah tahunnya lagi giliran tinggal di Jakarta.
Kawan yang lain bolak-balik terus Jakarta-Sidney. Mau bagaimana lagi? Suaminya pernah bekerja dengan ekspatriate di sana. Makan hati, katanya. Merasa kian tidak betah, akhirnya ia memaksa diri kembali ke Jakarta. Kemudian ia pun bekerja pada suatu perusahaan otomotif terkemuka. Sedangkan kedua anaknya tidak ada yang mau tinggal di Jakarta. Kawan-kawan sekolah mereka semuanya di Sidney, tak seorang pun kawan di Jakarta. Maklum sejak preschool mereka sudah sekolah di Sidney. Anak ABC istilahnya. Australian Born Chinese.

Apalagi kini sebagai generasi muda, mana mau mereka diajak hidup di Jakarta. Mana betah? Berlibur beberapa hari saja mereka terus merengek mau segera kembali ke Sidney.

Akibatnya sang ibulah yang jadi korban. Pontang-panting ke sana kemari. Seperti orang naik oplet Jakarta ke Jatinegara. Tinggal terus di Sidney bagaimana “nasib” suaminya di Jakarta? Ganteng juga sih. Jadi kuatir jugalah kalau digait perempuan lain.

Sebaliknya, selagi di Jakarta terus terpikir bagaimana anak-anaknya di Sidney. Kini malahan ia sudah punya cucu. Lebih parah lagi, anaknya bekerja. Mau bayar baby sitter mahal.

Ketika ditanya, sampai kapan ia mau terus bolak-balik seperti kitiran begitu?
Jawabnya pasrah, "Entahlah, selagi masih kuat saja." Dikuat-kuatkan sajalah. Atau sampai suaminya pensiun. Setelah itu terserah dia. Mau ikut ke Sidney, OK. Atau mau tetap memilih tinggal di Jakarta, terserah dia. Nah lho, bisa gawat nih!

Itulah the sad side of the story bila tak punya banyak sahabat. Sendirian terus di rumah bisa setrip barangkali! Maka kata sahabat itu, yang penting punyailah banyak sahabat. Peliharalah sahabat yang ada. Tentu untuk itu diperlukan semacam biaya perkawanan. There is no such free lunch in the world. Especially during this damned global crisis era!

Banyak duit belum tentu menjamin kebahagiaan. Banyak kawan juga memang belum tentu pasti membahagiakan. Tetapi banyak sahabat minimal juga bakal banyak mengurangi kesepian di hari tua bukan?

Pembinaan sahabat memerlukan waktu yang sangat panjang. Lalu kenapa tidak dimulai dari sekarang? Selagi kau masih muda, kawan!

Mengukur hidup: 
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun, yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...

Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...

Tuhan sudah menghitung airmatamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...

Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon.
Tuhan selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...

Tuhan punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Tuhan dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...
Tuhan sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur..
Tuhan telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...
Tuhan telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap...

TUHAN TAHU...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar